Alih Daya IT: Bagaimana Cara Mengelola Risikonya?

Alih daya IT atau dalam bahasa Inggris disebut dengan IT Outsourcing merupakan suatu strategi yang dilakukan oleh perusahaan untuk bisa menghemat biaya, meningkatkan efisiensi, dan mengembangkan keahlian teknologi informasi.  Saat ini alih daya IT sudah semakin populer dan banyak digunakan oleh berbagai perusahaan, meskipun demikian perlu Anda pahami bahwa pengalihdayaan IT juga memiliki beberapa risiko.

Secara garis besar, alih daya adalah suatu proses di mana perusahaan akan mengontrak pihak ketiga untuk melaksanakan tugas-tugas atau menyediakan layanan yang sebelumnya dilakukan secara internal.  Jenis-jenis alih daya pun sudah sangat beragam mulai dari alih daya di bidang manufacture, BPO, hingga di bidang IT. 

Satu Aplikasi, beragam Fungsi!

Dokodemo-Kerja, Aplikasi Absensi Online terbaik dengan fitur lengkap untuk meningkatkan Produktivitas karyawan. Pengelolaan Absensi dan Cuti, Task Management, hingga Evaluasi kinerja karyawan hanya dengan satu aplikasi.

Kelola Karyawan Makin Mudah dengan Aplikasi HRD Dokodemo-Kerja. Coba Sekarang!

Nah, mengingat saat ini teknologi digital sudah semakin maju, bisnis dituntut untuk bisa beradaptasi dengan kondisi tersebut. Akibatnya, alih daya di bidang IT menjadi semakin dibutuhkan. Meskipun demikian, perlu Anda pahami bahwa penggunaan layanan alih daya IT juga memiliki beberapa risiko. Dalam artikel ini, kita akan membahas bagaimana perusahaan Indonesia dapat mengelola risiko ketika mereka menerapkan pengalihan daya IT dan belajar dari pengalaman perusahaan lain di Indonesia.

Baca Juga: Apa Itu Outsourcing? Pengertian, Jenis, & Keuntungannya bagi Perusahaan

Cara Mengelola Risiko Layanan Alih Daya IT

Berikut ini adalah cara mencegah risiko yang mungkin terjadi ketika perusahaan Anda ingin menggunakan jasa alih daya IT atau IT outsourcing terpercaya:

1. Menetapkan tujuan yang jelas

Pengalihan daya IT harus selalu didasarkan pada tujuan yang jelas dan spesifik. Sebelum memutuskan untuk mengoutsourcing layanan IT, perusahaan harus mengevaluasi kebutuhan mereka dan menentukan tujuan yang ingin dicapai dengan pengalihan daya tersebut. Misalnya, tujuan pengalihan daya dapat berupa penghematan biaya, peningkatan efisiensi, atau pengembangan keahlian teknologi informasi.

2. Memilih vendor dengan tepat

Pemilihan vendor yang tepat sangat penting untuk mengelola risiko pengalihan daya IT. Perusahaan harus melakukan due diligence untuk mengevaluasi vendor dan memastikan bahwa mereka memiliki keahlian dan pengalaman yang diperlukan untuk mengelola layanan IT perusahaan. Perusahaan juga harus memastikan bahwa vendor memiliki proses keamanan yang ketat dan dapat mematuhi aturan dan regulasi yang berlaku. Perusahaan dapat mencari vendor outsourcing Jakarta maupun kota lainnya di Indonesia

3. Menyusun kontrak yang baik

Kontrak yang baik dan komprehensif adalah kunci untuk mengelola risiko pengalihan daya IT. Kontrak harus mencakup segala hal, mulai dari ruang lingkup layanan hingga biaya, jadwal, dan klausul pengakhiran kontrak. Kontrak juga harus mencakup jaminan keamanan dan privasi, serta memastikan bahwa vendor mematuhi aturan dan regulasi yang berlaku.

4. Melakukan pengawasan yang ketat

Pengawasan yang ketat sangat penting untuk memastikan bahwa layanan IT yang dioutsourcing berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Perusahaan harus memantau kinerja vendor secara teratur, melakukan audit keamanan dan privasi secara berkala, dan memastikan bahwa vendor memenuhi kewajiban kontrak mereka.

Solusi jitu kelola karyawan dari jarak jauh!

Sistem HRIS canggih untuk memonitor kinerja dan produktivitas karyawan Anda. WFO atau WFH? Kelola keduanya! Tetap Produktif dengan Dokodemo-Kerja.

Aplikasi HRIS terjangkau untuk tingkatkan produktivitas. Cek di sini!

5. Mempertimbangkan fleksibilitas

Ketika memilih vendor untuk pengalihan daya IT, perusahaan juga harus mempertimbangkan fleksibilitas. Layanan IT yang dioutsourcing harus dapat menyesuaikan diri dengan kebutuhan perusahaan yang berubah-ubah. Vendor harus memiliki kemampuan untuk memberikan layanan tambahan atau mengurangi layanan yang tidak lagi dibutuhkan.

6. Mengawasi layanan yang diberikan

Perusahaan harus mengawasi layanan yang diberikan oleh mitra outsourcing TI secara teratur untuk memastikan bahwa layanan tersebut memenuhi standar yang diinginkan. Perusahaan harus memiliki metrik yang jelas untuk mengukur kinerja mitra outsourcing TI dan melakukan evaluasi secara berkala.

7. Gunakan Aplikasi HRIS

Saat melakukan alih daya IT dengan pihak ketiga, aplikasi HRIS juga akan dibutuhkan. Hal ini disebabkan karena aplikasi HRIS dapat membantu mengelola tenaga outsourcing mulai dari melihat absensi, melacak  total jam kerja, menyimpan data karyawan, membantu proses pengajuan cuti, menghitung jam lembur, mengawasi aktivitas karyawan, dan masih banyak lagi. Jadi, ada baiknya jika Anda memilih perusahaan penyedia layanan alih daya IT yang juga mempergunakan aplikasi HRIS.

Baca Juga: Memiliki Pegawai Outsourcing? Gunakan Cara Ini untuk Mengelolanya

Kesimpulan

Ketika perusahaan Anda memutuskan untuk menggunakan layanan alih daya IT atau IT outsourcing, sebaiknya Anda perlu juga mengelola berbagai risiko yang mungkin saja terjadi. 

Jika perusahaan Anda sedang mencari mitra penyedia layanan IT Outsourcing terbaik di Indonesia yang siap memberikan tenaga IT Outsourcing yang up to date terhadap tren digital dan memiliki keterampilan yang beragam seperti Back End Developer, Front End Developer, Mobile App Developer, UI/UX Designer, Quality Assurance, IT Security, DevOps, Business Analyst, Project Manager, Technical Leader dan sesuai kebutuhan proyek digital Anda maka Anda dapat memilih KAZOKKU. Dalam menyediakan layanan outsourcingnya, KAZOKKU juga mempergunakan aplikasi HRIS Dokodemo-Kerja sehingga pengawasan pada tenaga outsourcing bisa dilakukan secara lebih efektif dan efisien. 

Related Articles

Related Articles